Sabtu, 31 Oktober 2009

7 PINTU SUKSES DUNIA AKHIRAT

SUKSES dunia akhirat pasti impian semua orang. bermacam definisi SUKSES dunia akhirat, seperti KAYA masuk SURGA, jadi presiden masuk SURGA, jadi pengusaha masuk SURGA ataupun yang lainnya, yang menggambarkan SUKSES dunia akhirat. yang KAYA, yang punya KEKUASAAN sering dikatakan SUKSES. semua orang pasti ingin SUKSES, terutama SUKSES dunia akhirat. kitapun bisa mendefinisikan SUKSES untuk kita sendiri. dan apapun definisi yang kita dapatkan, itulah sukses untuk kita. SUKSES yang bisa dibuka dengan kunci-kunci unik yang ternyata tidak jauh dari aktivitas keseharian kita.
kita anggap saja SUKSES dunia akhirat itu dapat dibuka dengan 7 kunci, karena ia berada dalam ruang dengan 7 pintu yang terkunci. dan inilah 7 kunci yang dapat membuka pintu-pintu itu:
1. TAUBATAN NASUHA.
Ini kunci yang paling penting dari kunci-kunci yang lainnya. ini kunci pertama yang dapat membuka pintu kesuksesan. dengan taubat, pintu kesuksesan akan terbuka. harga dari sebuah taubat itu tidak terhingga. ALLAH pun tidak pernah bosan untuk menerima hamba-Nya yang datang untuk bertaubat. saat kita datang kepada ALLAH untuk bertaubat, saat itu pula kita diampuni. kita akan bersih kembali, sehingga kita bisa melangkah untuk membuka pintu-pintu kesuksesan yang lain.
2. SHALAT WAJIB AWAL WAKTU (KHUSUS LAKI-LAKI DI MASJID).
Mengapa? karena sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab oleh ALLAH. kalau sholatnya baik, maka amalan yang lain baik, kalau sholatnya buruk, maka amalan yang lain buruk. dan sholat awal waktu adalah sebuah kebaikan tersendiri. bukankah kita tidak ingin dianggap lalai jika kita tidak sholat awal waktu? jadi, jangan telat sholat wajib apalagi ga sholat.
3. LAKUKAN SHALAT SUNAT QOBLIYAH DAN BA’DIYAH.
Kita sering mendengar bahwa sholat sunat itu dapat menyempurnakan sholat wajib. ada pula ide yang menyatakan bahwa sholat sunat ini dapat mengangkat sholat wajib agar sampai kepada ALLAH. analoginya seperti seekor burung dengan dua buah sayap. seekor burung tidak dapat terbang tanpa sayap. begitu pula sholat wajib, mungkin tidak akan sampai kalau tidak pake sholat sunat. dan sholat sunat yang dianjurkan adalah shalat sunat rawatib, yaitu qobliyah dan ba’diyah ini.
4. LAKUKAN SHALAT DHUHA.
Shalat dhuha ini banyak sekali fadilahnya. lakukan saja 2, 4, 6, 8, 10, atau 12 rokaat. kalau bisa minimalnya 4 rokaat dengan 2x salam. sebelum kita melakukan aktivitas keseharian kita, lakukanlah sholat dhuha, insya ALLAH ini pun dapat membuka salah satu pintu kesuksesan.
5. LAKUKAN SHOLAT TAHAJUD DAN WITIR.
Bangunlah di sebagian atau sepertiga malam yang terakhir untuk melakukan sholat tahajud. pada waktu itu, ALLAH benar-benar turun untuk ‘mengunjungi’ hamba-Nya. jadi, pada saat itu, sambutlah ‘kedatangan’ ALLAH dengan sujud kepada-Nya dalam keadaan bersih, rapi, suci dari kotoran dan najis. tidak ada do’a yang tidak dikabulkan oleh ALLAH, apalagi disaat kita mau berkorban dengan menyerahkan waktu yang terbaik kita untuk ALLAH. disaat enak-enaknya tidur, kita bangun untuk menyambut ALLAH. wah, insya ALLAH, pintu kesuksesan akan langsung terbuka.
6. SEDEKAH YANG TERBAIK.
Sedekahkan apa yang terbaik yang kita punya. makin baik sedekah kita, makin mudah kita membuka pintu kesuksesan. memang tidak apa-apa kita sedekah dengan sesuatu yang kita sebut dengan ’sisa’, tapi itu berarti kita tidak memberikan yang terbaik. bukankah ALLAH telah memberikan kita yang terbaik? dan kita pun menginginkan sesuatu yang terbaik? maka, sedekahlah dengan sedekah yang terbaik.
7. BERBUAT BAIKLAH DAN TINGGALKAN PERBUATAN BURUK.
Dengan berbuat baik, hati kita akan bersih. kita tidak memiliki noda sehingga ALLAH akan memudahkan kita untuk meraih kesuksesan yang kita impikan.
itulah 7 kunci SUKSES dunia akhirat. lakukan hal ini minimal 40 hari, rasakan apa yang terjadi pada diri kita. insya ALLAH, kesuksesan dunia akhirat akan kita raih.
PERCAYALAH! BUKTIKAN saja!
wallahu a’lam

Kamis, 29 Oktober 2009

FAEDAH DAN CARA MEMAKNAI MUSIBAH

Ujian dan cobaan memilki hikmah rabbaniyyah dan faidah yang sangat agung. Hal itu dapat diketahui melalui penelitian, atau dari kenikmatan-kenikmatan yang diperoleh akibat musibah yang menimpa seseorang. Dan ada pula hikmah-hikmah yang mungkin belum tersingkap yang mana Allah Ta’ala simpan untuk suatu hikmah yang lain. Alah berfirman, Artinya, "Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak". (QS. an-Nisaa`: 19).

Di antara faidah dan hikmah dari ujian dan cobaan adalah sebagai berikut:
a) Membersihkan dan menghapus dosa-dosa dan kesalahan serta menghantarkannya kepada derajat yang tinggi di surga. Tidaklah hal itu diperoleh melainkan bagi mereka yang mampu bersabar dan meng-harap pahala dari Allah Ta’ala Tali
b) Memotivasi seseorang untuk benar-benar ikhlas dalam berdo’a. Kembali bertaubat dengan sesungguhnya, pasrah dan berserah diri kepada. Allah berfirman : Artinya, "Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.". [(QS. al-An`am :17).
c) Sebagian ulama Salaf berkata, "Merupakan sunnatullah bahwasannya Allah Ta'ala menyeru hambanya untuk beribadah kepadaNya dengan diberikan keluasan rizqi, kesehatan yang terus menerus agar mereka kembali kepada Allah dengan sebab kenikmatan-kenikmatan tersebut. Jika mereka tidak mau melakukannya juga, maka Allah Ta’ala timpakan kepada mereka musibah sebagai peringatan berupa kemiskinan dan kesusahan mudah-mudahan mereka kembali kepadaNya".
d) Mengetahui betapa besar kenikmat-an dan kesehatan yang diberikan, bagi mereka yang lupa akan kenikmatan tersebut. Karena kenyataan menunjukkan bahwa apabila dibandingkan antara kenikmatan dan kesehatan akan jauh lebih besar dan lebih banyak porsinya daripada kesengsaraan atau musibah yang didapatkan.
e) Tidak peduli terhadap gemerlapnya dunia karena kefanaannya, dan semangat dalam memotivasi diri untuk berlomba beramal dalam mempersiapkan hari pertemuannya dengan Rabb Penguasa alam. Sesungguhnya seorang hamba apabila berfikir dengan akal sehatnya tentang berpulangnya orang-orang yang dicintainya, niscaya ia akan sadar diri, bahwa mereka telah mereguk air pelepas dahaga dengan gelas yang mana ia harus melaluinya dengan gelas yang sama yaitu kematian.
Saudaraku…jadilah kalian orang-orang yang senantiasa bersabar terhadap musibah yang menimpa, bersyukur ketika mendapat kenikmatan, bersabar atas segala kesengsaraan, karena sabar adalah penghapus kesalahan dan dosa. Allah Ta’ala berfirman : Artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.(QS.Al-Baqarah: 155).

Berikut 13 Langkah Memaknai Musibah
1. Hendaknya ia mengetahui, bahwa dunia adalah tempat ujian dan cobaan.
2. Harus dipahami bahwa musibah adalah merupakan sebuah ketetapan atau sunnatullah.
3. Memahami bahwa di sana masih ada musibah yang lebih besar dan banyak jumlahnya.
4. Mengambil pelajaran dari keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang sama, karena hal itu akan mendatangkan ketenangan
5. Memandang keadaan orang-orang yang tertimpa musibah yang lebih besar dari musibah yang menimpanya, sehingga ia lebih bersyukur karena musibah yang menimpanya ternyata masih ringan.
6. Berdo’a dan mengharapkan ganti yang lebih baik, dari apa yang telah hilang darinya. Jika yang menimpanya sesuatu yang dapat tergantikan dengan yang lain seperti hilangnya harta, meninggalnya anak, pasangan hidup atau yang semisalnya.
7. Mengharap pahala dan balasan kebaikan dari Allah Ta’ala dengan bersabar.
8. Hendaknya seorang hamba tahu bahwa bagaimana pun berjalannya sebuah ketetapan atau taqdir adalah merupakan sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
9. Mengetahui bahwa beratnya cobaan dan dahsyatnya ujian hal itu adalah dikhususkan bagi orang-orang pilihan. Jika hal itu terjadi terhadap orang yang ahli ibadah, maka hal itu menunjukkan bahwa ia adalah termasuk pilihan.
10. Memahami bahwa ia adalah seorang hamba (makhluk yang dimiliki) dan seseorang yang dimiliki tidaklah ia memiliki dirinya sedikit pun.
11. Musibah yang terjadi adalah berdasarkan ridha dari Yang Empunya (Allah), maka sudah merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk ridha terhadap apa yang diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala.
12. Mengoreksi diri ketika ia bersedih akibat musibah. Hal tersebut adalah sesuatu yang perlu dilakukan.
13. Memahami bahwa musibah adalah hanya sesaat saja, seolah-olah ia tidak pernah terjadi. Mungkin bisa dibenarkan orang yang mengatakan, “Badai pasti berlalu”.

JAUHI 3 PERKARA

Assalamu'alaikum wr.wb

Rasulullah saw memberikan jaminan kepada kaum muslimin selama mereka terbebas dari tiga perkara sebelum kematian terjadi pada dirinya, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang maka ia akan masuk surga” (HR. Tirmidzi).

1. SOMBONG/TAKABBUR.
Rasulullah SAW bersabda: “Takabbur itu adalah menolak kebenaran dan dan menghina orang lain”. (HR. Muslim)
Sombong adalah sifat iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis ingkar/kafir kepada Allah SWT, sebagaimana firman Allah Swt "Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: bersujudlah kamu kepada Adam maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang sujud”. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: “aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina” (QS 7:11-13, lihat pula QS 40:60).
Ada banyak dampak negatif atau bahaya dari sifat sombong ini adalah:
1. Benci dan sakit hati jika mendapat saran apalagi kritik.
2. Tidak senang, iri, dengki terhadap kemajuan orang lain.
3. Menolak kebenaran meskipun ia meyakininya sebagai sesuatu yang benar, hal ini difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an: “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan”. (QS 27:14).
4. Dibenci orang – orang di sekitarnya
5. Dan yang lebih membahayakan adalah dibenci Allah SWT yang menyebabkannya tidak akan masuk syurga. Allah SWT berfirman: “Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”. (QS 16:23). Di dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan”. (HR. Muslim).

2. FANATISME / TA’ASSHUB
Allah berfirman yang artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS 49:13). Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan terhadap golongan sehingga segala pertimbangan dan penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah tidak bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan Ashabiyah yang sangat dilarang di dalam Islam, apalagi bila seseorang sampai mengajak orang lain untuk bersikap demikian, lebih-lebih bila seseorang siap mati untuk semua itu, maka Rasulullah SAW tidak mau mengakui orang yang demikian itu sebagai umatnya, hal ini terdapat dalam hadits Nabi Saw: “Bukan golongan kami orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah”. (HR. Abu Daud)

3. HUTANG.
Rasulullah SAW bersabda: “Berhati-hatilah dalam berhutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari”.(HR. Baihaki).
Bagi seorang muslim, hutang merupakan sesuatu yang harus segera dan wajib dibayar, sekecil apapun itu dan dalam bentuk apapun juga. Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baik orang adalah yang paling baik dalam membayar hutang“. (HR. Ibnu Majah).
Muslim yang sengaja menyepelekan hutang atau berniat buruk akan hutang dengan tidak mau melunasinya, maka akan membawa keburukan baginya pula, keburukan di dunia dan keburukan di akherat, kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk membayarnya, Rasulullah SAW bersabda: “Hutang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan hutang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu tidak ada emas dan perak”. (HR. Thabrani).

Ketiga perkara tersebut jangan sampai terjadi pada diri kita sebagai ummat Islam. Sehebat apapun orang/golongan/partai yang kita ikuti, namun ketika berbuat salah maka seyogyanya bagi kita untuk mengislahnya jangan taklid buta. Hindari sifat yang selalu mendewakan diri sendiri, mengenggap lebih dari orang lain. Milikilah sifat yang selalu menerima pemberian dari Allah Swt (Qona'ah), jangan sampai kita memiliki hutang karena selalu tidak puas terhadap rizki yang kita dapatkan.
Wallahu A'lam Bisshawab.
Wassalamu'alaikum wr.wb

Rabu, 21 Oktober 2009

PENA CINTA ALLAH

Pernahkah hatimu merasakan kekuatan mencintai
Kamu tersenyum meski hatimu terluka karena yakin ia milikmu,
Kamu menangis kala bahagia bersama karena yakin ia cintamu
Cinta melukis bahagia, sedih, sakit hati, cemburu, berduka
Dan hatimu tetap diwarnai mencintai, itulah dalamnya cinta.

Pernahkah cinta memerahkan hati membutakan mata
Kepekatannya menutup mata hatimu memabukkanmu sesaat di nirwana
Dan kau tak bisa beralih dipeluk merdunya nyanyian bahagia semu
Padahal sesungguhnya hanya kehampaan yang mengisi sisi gelap hatimu
Itulah cinta karena manusia yang dibutakan nafsunya.

Cinta adalah pesan agung Allah pada umat manusia
DitulisNya ketika mencipta makhluk-makhlukNYA di atas Arsy
Cinta dengan ketulusan hati mengalahkan amarah
Menuju kepatuhan pengabdian kepada Allah dan Rasulnya.

Dan saat pena cinta Allah mewarnai melukis hatimu, satu jam bersama serasa satu menit saja
Ketika engkau memiliki cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi lentera hati menerangi jalan menuju Illahi
Membawa ketundukan tulus pengabdian kepada Allah dan RasulNya
Namun saat cinta di hatimu dikendalikan dorongan nafsu manusia
Alirannya memekatkan darahmu membutakan mata hati dari kebenaran
Saat kamu merasakan agungnya cinta yang diajarkan Allah
Kekasih menjadi pembuktian pengabdian cinta tulusmu
Memelukmu dalam ibadah menuju samudra kekal kehidupan tanpa batas.

Menjadi media amaliyah dan ketundukan tulus pengabdian kepada Allah
Itulah cinta yang melukis hati mewarnai kebahagiaan hakiki
Agungnya kepatuhan cinta Allah bisa ditemukan dikehidupan alam semesta
Seperti thawafnya gugusan bintang, bulan, bumi dan matahari pada sumbunya
Tak sedetikpun bergeser dari porosnya, keharmonisan berujung pada keabadian
Keharmonisan pada keabadian melalui kekasih yang mencintai
Karena Allah adalah kekasih Zat yang abadi.

Cintailah kekasihmu setulusnya maka Allah akan mencintaimu
Karena Allah mengajarkan cinta tulus dan agung
Cinta yang mengalahkan Amarah menebarkan keharmonisan
Seperti ikhlas dan tulusnya cinta Rasul mengabdi pada Illahi Itulah cinta tertinggi menuju kebahagiaan hakiki

TAULADANI KARAKTER LEBAH

Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.
Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.
Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168)
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)
Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).

Mengeluarkan yang bersih.
Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!
Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)
Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.

Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.

Tidak pernah merusak
Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.

Bekerja keras
Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)
Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.

Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan
Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu
Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.
Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam.

GURU SEJATI II

GURU SEJATI adalah tempatku belajar dari apa yang aku baca, aku lihat, aku dengar dan aku rasakan, dan berbagi dengan sesama insan yang mau belajar...

GURU SEJATI bukanlah aku atau diriku. GURU SEJATI adalah semangatku dalam mengapai ilmu dan ridhoNya...

GURU SEJATI adalah proses belajar dan mencari jati diri, meningkatkan potensi diri secara duniawi dan akhiroti...

GURU SEJATI adalah ikhtiar untuk mecari, menjadi dan memberi yang terbaik buat siapapun...

Selasa, 20 Oktober 2009

GURU SEJATI

Guru adalah pahlawan sejati

Pengabdi yang tak pernah henti

Nasihatnya menenteramkan hati

Karena itulah ia sangat dihormati

Senyum yang selalu terbuka

Benar-benar lahirkan pesona

Sorot matanya tajam

Namun tak kesankan kejam

Ucapannya tegas

Tapi tak terasa keras

Dan disiplin yang diterapkan

Ketat namun mengasyikan

Karena itu murid semua mencintainya

Tak juga Ia berkata kasar

Teriakan apalagi Cacian

Tutur-katanya lembut menyenangkan

Tegurannya sopan tak berlebihan

Namun tegas dalam memutuskan

Semua murid diperlakukan sama

Walau dengan cara berbeda

Ia bisa bicara tanpa berkata

Berteriak tanpa suara

Karena jiwanya sungguh kaya

Dengan kasih dan penuh cinta

Murid merasa aman dengannya

Seperti seorang ayah layaknya

Menjadi akrab dengan siapa saja

Semua merasa sahabat karibnya

Tahukah Kau,

di negri mana guru itu berada?

Ingin sekali kutemui

Akan kuajak dia ke sini

Agar bersedia mengajari

Semua guru hingga bisa memberi

Dengan setulus-tulus hati

Agar guru bisa bekerja

Dengan modal kekayaan jiwa

Dan pemerintah mau peduli

Dengan nasib anak-anak negri

Yang hidup dalam jiwa yang mati

Agar merubah negri ini

Menjadi kampung besar

Yang penduduknya suka belajar

Agar negri ini tidak berubah

Menjadi padang kuburan

Tahukah Kau, di negri mana guru itu berada?

SABAR DAN SHOLAT YANG BERKWALITAS

Alloh SWT berfirman :

"Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS Al Baqarah [2]: 153).

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. sabar ".(QS Al Baqarah [2]: 155).

Shalat yang baik akan menghasilkan kemampuan bersabar. Sebaliknya kesabaran yang baik akan menghasilkan shalat yang berkualitas. Ciri shalat berkualitas adalah terjadinya dialog dengan Allah sehingga melahirkan ketenangan dan kedamaian di hati. Komunikasi dengan Allah tidak didasari "titipan" kepentingan. Dengan terbebas dari gangguan "kepentingan" tersebut, insya Allah shalat kita akan mencapai derajat komunikasi tertinggi. Siapa pun yang mampu merasakan nikmatnya berdialog dengan Allah SWT, hingga berbuah pengalaman spiritual yang dalam, niscaya ia tidak akan sekali melalaikan shalat. Ia rela kehilangan apa pun, asal tidak kehilangan shalat. Jika sudah demikian, pertolongan Allah pasti akan datang.
Wallaahu a'lam

TINGKAT KEIMANAN

BERDASARKAN AL AKHZAB (33) ayat 35 MENGENAI TINGKAT IMAN SESEORANG

1. Innal Muslimiina wal muslimaat
Orang laki laki dan perempuan Islam belum menjalankan perintah dan masih melakukan larangan larangan Allah , Islam sekedar pengakuan dalam KTP.

2. Wal Mu'miniina wal Mu'minaat
Orang laki laki dan perempuan mu'min sudah menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah.

3. Wal Qaantiina wal Qaanitaat
Orang laki laki dan perempuan menjalankan kewajiban secara Kontinyu.

4. Wash Shaadiqiina was Shaadiqaat.
Orang laki laki dan perempuan sudah benar cara beribadah dan beramal sesuai tuntunan (contoh) dari Al Quran dan As Sunah.

5. Wash Shaabirina was Shaabiraat.
Orang laki laki dan perempuan yang sabar dan tawakal dalam menerima cobaan dan musibah.

6. Wal Khaasyi'ina wal khaasyi'aat.
Orang laki laki dan perempuan yang khusuk dalam menjalankan ibadah ,berzikir,dan dalam kehidupan yang dilakukan.

7. Wal Mutashoddiqina wal Mutashodiqot.
Orang laki laki dan perempuan yang bershodaqoh dan berinfak .

8. Wash Shaa-iminati was Shaa-imat.
Orang laki laki dan perempuan yang mengerjakan puasa wajib dan puasa sunah.

9. Wal Haafizhiina furujahum wal Hafizhaat.
Orang laki laki dan perempuan yang memelihara kehormatan dirinya,keluarganya dan Agamanya.

10. Wadz Dzaakiriinallaahu katsiiraw wadz Dzaakirot.
Orang laki laki dan perempuan yang banyak banyak menyebut asma Allah ,

A'addallahu lahum maghfirataw wa ajran 'azhiima.

SEBUAH AMANAH UNTUK PEMIMPIN

Apakah pemimpin sama dengan penguasa? Jika didengar selintas saja, kata Penguasa dan Pemimpin mungkin memiliki arti yang sama. Namun jika kita mendalami lagi arti kedua kata ini kita akan menemukan perbedaan yang cukup jauh. Pemimpin artinya yang memimpin. Sedangkan Penguasa artinya yang menguasai. Pemimpin identik dengan Sang pemimpin yang bertangan dingin, ramah dan adil sedangkan. Penguasa identik dengan seorang penguasa yang bertangan besi, diktator, egois dan dzolim. Dalam kamus bahasa Indonesia, pemimpin adalah orang yang memimpin sedangkan penguasa adalah orang yang mendapat kuasa. Kata pemimpin berasal dari pimpin yang berarti “bimbing” atau “tuntun”. Sedangkan penguasa berasal dari kuasa yang berarti “mampu; kemampuan; hak menjalankan sesuatu; mandat”. Jadi, pemimpin adalah orang yang memberikan bimbingan dan tuntunan, sedangkan penguasa adalah orang yang mampu atau memiliki kemampuan untuk menjalankan sesuatu, atau orang yang diberi mandat untuk melakukan sesuatu. Tugas pemimpin atau penguasa adalah menjadikan lebih baik orang-orang yang dipimpin atau dikuasainya. Kebaikan itu dapat berupa kejujuran, etika, disiplin, intelektualitas, integritas,dan lain-lain. Pemimpin, membimbing dan menuntun, serta menjadi contoh bagi orang-orang yang dipimpin. Penguasa, dengan mandat yang dimilikinya menjadikan orang-orang yang dikuasainya mampu menjalankan sesuatu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kemampuan itu dapat berupa meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran, keadilan, persamaan derajat, kemerdekaan, dan lain-lain.
Menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan baik oleh pemimpin tersebut, karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu seperti apa yang telah disabdakan Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan dengan hal tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Niat yang Lurus
Ketika menerima tongkat kepemimpinan hendaknya dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah dperintahkan Allah. Lalu iringi hal itu dengan mengharapkan keridhaan-Nya saja. Kepemimpinan atau jabatan adalah sebuah amanah yang mengandung tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
2. Laki-Laki
Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, ”Tidak akan beruntung kaum yang dipimpim oleh seorang wanita” (Riwayat Bukhari dari Abu BakarahRadhiyallahu’anhu).
3. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu, ”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
4. Berpegang pada Hukum Allah.
Wajib bagi seorang pemimpin untuk berpegang pada hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah sesuai dengan firmanNya, berikut ”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (Al-Maaidah:49). Jika seorang pemimpin meninggalkan hukum Allah, maka kedzolimanlah yang akan muncul.
5. Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
6. Tidak Menutup Diri Saat Diperlukan Rakyat.
Sesuai dengan hakikat bahwa seorang pemimpin memegang sebuah amanah maka hendaklah selalu membuka pintu untuk setiap pengaduan dan permasalahan rakyat. Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin atau pemerintah yang menutup pintunya terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinan kecuali Allah akan menutup pintu-pintu langit terhadap kebutuhan, hajat, dan kemiskinannya.” (Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi).
7. Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah.
Hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya karena sudah dapat dipastikan bahwa tersimpan maksud tersembunyi atas pemberiannya itu. Rasulullah bersabda,” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.”(RiwayatThabrani).
9. Mencari Pemimpin yang Baik.
Rasulullah bersabda,”Tidaklah Allah mengutus seorang nabi atau menjadikan seorang khalifah kecuali ada bersama mereka itu golongan pejabat (pembantu). Yaitu pejabat yang menyuruh kepada kebaikan dan mendorongnya kesana, dan pejabat yang menyuruh kepada kemungkaran dan mendorongnya ke sana.Maka orang yang terjaga adalah orang yang dijaga oleh Allah,” (Riwayat Bukhari dari Abusaid Radhiyallahu’anhu).
10. Lemah Lembut.
Doa Rasullullah,” Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.
11. Tidak Meragukan dan Memata-matai Rakyat.
Rasulullah bersabda,” Jika seorang pemimpin menyebarkan keraguan dalam masyarakat, ia akan merusak mereka.” (Riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-hakim).
Tidak semua orang bisa menjadi pemimpin dan penguasa. Pemimpin dan penguasa adalah peran yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar tunduk dan patuh dengan peraturan yang telah ditetapkan. Karena itu, menjadi pemimpin atau penguasa harus memiliki kemampuan untuk membuat kehidupan atau orang lain agar menjadi lebih baik, bukan sebaliknya. Untuk tujuan memperbaiki kehidupan yang lebih baik, seorang muslim tidak boleh mengelak dari tugas kepemimpinan, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa yang diserahi kekuasaan urusan manusia lalu menghindar (mengelak) melayani kaum lemah dan orang-orang yang membutuhkannya, maka Allah tidak akan mengindahkannya pada hari kiamat”(HR.Ahmad).
Seseorang dapat menjadi pemimpin apabila ia memiliki potensi dibawah ini :
1) kelebihan dibanding yang lain
2) memiliki keberanian dalam memutuskan sesuatu, dan
3) memiliki kejelian dalam memandang masalah sehingga ia bisa bertindak arif bijaksana.
Secara sosial seorang pemimpin adalah penguasa, karena ia memiliki otoritas dalam memutuskan sesuatu yang mengikat orang banyak yang dipimpinnya. Namun menurut islam, seorang pemimpin hakekatnya adalah pelayan dari orang banyak yang dipimpinnya (sayyid al-qaumi khodimuhum). Pemimpin yang berakhlak rendah akan cenderung menekankan dirinya sebagai penguasa, sementara pemimpin yang berakhlak baik lebih menekankan dirinya sebagai pelayan. Rasulullah Saw bersabda: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”. (HR.Abu Na'im). Banyak para pemimpin berperilaku dzolim. Mereka hanya menuruti hawa nafsu dan mengejar kesenangan dunia, korupsi, kolusi dan nepotisme yang tidak sesuai dengan aturan kebenaran serta banyak pula yang bertindak sewenang-wenang terhadap yang dipimpinnya. Para penasihat yang buruk dan teman yang jahil, juga mampu menggelincirkan para pemimpin menjadi dzolim. Jika orang-orang yang lemah dan kaum kuffar dijadikan sebagai pembantu, kehancuran tinggal menunggu waktu. Rela dan mudah terpengaruh pada tekanan internasional, juga menjadi penyebab pemimpin berlaku dzolim. Jika pemimpin-pemimpin sesat telah memimpin, maka manusia akan berada pada penyesalan yang tiada tara seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya. “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul." (QS al Ahzab [33]: 66)
Menjadi pemimpin atau penguasa berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, Oleh karena itu, sebagai pemimpin haruslah memiliki akhlak yang tinggi dan mulia agar ia mampu memegang amanah yang diembannya. Sehingga dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak sekedar sebagai penguasa yang cenderung mendzolimi dan sewenang-wenang terhadap yang dipimpinnya. Rasulullah bersabda: “Khianat yang paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya” (HR. Thabrani). Seorang pemimpin sejatinya adalah sebuah perisai yang melindungi rakyatnya. Seperti sabda Rasulullah, “Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan mendapatkan akibatnya.” (HR Muslim).